Thursday, 4 April 2013

Hari ke-3: Heundeulbawi, Ulsanbawi, Biseondae dan Sokcho Harbour

26 Maret 2013, jam 06:30
Hari ini saya akan menuju ke Seoraksan National Park lagi, kali ini tujuannya adalah Heundeulbawi dan Ulsanbawi. Perjalanan sampai ke Puncak Ulsanbawi memakan waktu 5 Jam Pulang-Pergi dari pintu masuk Seoraksan National Park, sepertinya durasi waktu tersebut tidak akan tepat karena masih banyak salju sepanjang jalur menuju Ulsanbawi sehingga waktu tempuh sudah pasti menjadi lebih lama.


Seperti hari sebelumnya dengan menaiki bus no 7-1 atau 7  untuk menuju ke Seoraksan National Park. Pagi hari ini menu sarapan yang saya bawa dari Jakarta masih tersedia, cukup untuk sumber tenaga sampai siang hari. Dengan membawa persediaan air yang diambil dari dispenser yang disediakan di hostel secara cuma cuma,  sedikit menghemat biaya untuk air minum. Coba saya tahu ada dispenser kemarin malam saya tidak membeli air mineral hehe...

Jam 7 pagi diluar hostel masih terlihat sepi sekali, sisa sisa salju kemarin sudah sebagian mencair menyebabkan jalanan menjadi sangat licin sekali. Saya tidak mengira bahwa salju yang mencair bisa selicin itu, terlihat memang tidak ada salju yang menempel di jalan jalan tersebut tetapi mencairnya salju ternyata tetap membeku hingga membentuk lapisan es transparan yang menyelimuti jalan jalan, bayangkan jika kita harus berjalan di atas balok es, seperti itulah licin nya. Berjalan dengan berhati hati menuju ke halte bus, sampai disana saya menunggu bis yang menurut jadwalnya akan datang tiap setengah jam.

Bus datang tepat jam 07:30, jangan lupa masukkan uang pas untuk ongkos bis sebesar 1.100 won. Bus terlihat agak penuh hari ini dengan orang orang lokal yang sepertinya akan menuju Seroraksan, karena  terlihat beberapa orang membawa trekking pole. Sekitar jam 08:00 sampai di Seoraksan National Park, seperti saya duga orang orang yang ada didalam bis hampir semuanya turun disini juga. Turun dari bis harus ekstra hati hati tentunya karena lelehan salju yang licin sekali, ternyata salju yg belum mencair justru jauh lebih aman untuk dilewati karena bentuknya masih seperti es batu yang diserut yang pasti lebih aman dilewati.


Membeli tiket masuk sebesar 3.500 won di Ticket Counter, saya bertanya kepada petugas counter ticket apakah aman menuju ke Ulsanbawi dan Hendeulbawi, menurut petugas tersebut masih aman, dan dia memberitahukan es akan sangat licin jika sudah mencair siang hari nanti dan sebaiknya menggunakan perlengkapan seperti trekking pole dan ice grips di sepatu kita. Sangat Kecewa kalau hari ini tidak bisa menuju Ulsanbawi, dikarenakan saya tidak membawa salah satu perlengkapan tersebut. Tetapi saya tetap memutuskan menuju kesana apapun yang terjadi.


Berjalan melewati ticket counter, Petugas penjaga digerbang masuk dengan segera menyobek sebagian dari tiket yang saya beli. Suasana saat itu terlihat sepi hanya beberapa orang saja yang terlihat, beberapa orang yang bareng saya saat di dalam bis ternyata banyak yang menuju ke Gwongeumseong Fortress. Menelusuri jalan secara perlahan tapi pasti, dari kejauhan terlihat dua orang sedang melihat-lihat Peta Seoraksan dengan serius sepertinya mereka adalah sepasang suami istri umurnya kira kira sekitar 45-50 tahunan menurut saya. Saat semakin dekat dengan mereka, saya menyapa kepada mereka "Morning" tetapi mereka menjawabnya "Anyonghaseo"... dalam hati berkata "Wah... gak bisa bahasa Inggris"... tetapi yang pria menjawab dalam bahasa Inggris "Morning"... Syukur akhirnya ada yang bisa diajak bicara... hehe. Sepasang suami istri tersebut bernama Mr. Lee dan Istrinya Mrs. Lee. Ternyata mereka ingin menuju ke Ulsanbawi juga, sepertinya ini perjalanan pertama mereka ke Seoraksan sama seperti saya, walaupun mereka orang korea tetapi mereka sepertinya baru berkunjung kesini, mungkin mereka tidak pernah kesini karena tinggalnya juga di Seoul bukan Sokcho.



Mr dan Mrs Lee mengajak saya untuk jalan bersama sama menuju ke Ulsanbawi, seperti yang tadi sudah dikatakan oleh petugas counter tiket, Mr. Lee juga menyarankan minimal saya harus menggunakan "Ice Grips" di sepatu saya agar tidak terpeleset. Dia sedikit ragu sama saya yang sama sekali tidak bawa perlengkapan apapun, tapi akhirnya dia bilang "Let's go" ... akhirnya kita semua jalan juga, ternyata saat sampai di Sinheungsa Temple Mr. Lee menanyakan kepada seseorang yang berjualan dupa di sekitar area tersebut apakah ada yang menyewakan "Ice Grips" (dalam bahasa Korea), dan ternyata menurut orang tersebut, ada sebuah restoran kecil yang berada sebelum Hendeulbawi menyewakan "Ice Grips". Akhirnya rasa was was saya hilang, segera saya, Mr Lee dan istrinya melanjutkan perjalanan. Kurang lebih berjalan selama sekitar setengah jam, akhirnya kita semua sampai di sebuah restoran sederhana dan memang disitu terlihat banyak disewakan "Ice Grips" dengan harga sewa 2.000 Won atau sekitar Rp.18.000 per satu hari. Saat itu juga saya di tawarkan makan oleh Mr. Lee karena dia dan istrinya merasa lapar. Kami semua makan mie ramen dan tentunya seperti biasa di temani Kimchi, saat saya hendak bayar ternyata sudah dibayarkan oleh Mr.Lee dalam hati lumayan... hahaha.




Kurang lebih 15 menit kita beristirahat di restoran tersebut, setelah itu baru melanjutkan perjalanan lagi. Jalur yang saya lalui saat itu tidak terlalu sulit karena banyak didominasi permukaan yang landai tanpa tanjakan yang berarti walaupun tetap masih tertutup salju. Tidak lama sekitar 30 menit perjalanan, terdengar suara suara mantra dari sebuah kuil Budha. Kuil ini unik karena berada dalam lubang batu mirip sebuah gua kecil, selain kuil didalam batu tersebut ada juga kuil yang berbentuk seperti kuil pada umumnya yang jaraknya berdekatan. Didepan kuil tersebut ada sebuah batu besar yang bernama Hendeulbawi, batu ini "ajaib" karena tidak bisa didorong padahal bentuknya yang hampir bulan dan hanya menempel di atas batu lainnya yang permukaannya rata, logikanya kalau di dorong minimal akan bergeser sedikit tetapi ternyata tidak, ada yang pernah mendorong beramai ramai tapi batu ini tidak bergerak sedikitpun. Kalau penasaran silahkan nanti dicoba ya saat berkunjung ke korea.





Setelah melihat lihat Heundeulbawi dan 2 buah kuil disana saya, Mr.Lee dan istrinya melanjutkan perjalanan lagi, mungkin sekitar 15 menit kita semua berada di Hendeulbawi, waktu untuk tiba di Ulsanbawi pun semakin bertambah lama... karena waktu itu jam sudah menunjukkan jam 10:00, kemungkinan saya tiba di puncak Ulsanbawi sekitar 1.5 jam lagi.

Setelah melewati Heundeulbawi jangan khawatir karena ada petunjuk arah yang menunjukkan arah ke Ulsanbawi, kali ini medan yang harus ditempuh sepertinya jauh lebih sulit dari sebelumnya. Tanjakan tanjakan semakin curam sehingga semakin sulit dilewati dan harus berhati hati sekali, tebalnya salju yang menutupi jalan hingga tidak terlihatnya undakan undakan tangga yang terlihat hanyalah hamparan salju membuat saya berhati hati saat menanjak.





Sesekali saya beristirahat sebentar untuk minum dan mengambil foto pemandangan disana yang begitu indahnya dengan hamparan salju yang menutupi ranting ranting pohon. Sedikit melelahkan tetapi tidak berasa karena saya dihadapkan pada pemandangan yang begitu indah.


Sudah terlihat puncak Ulsanbawi dari kejauhan membuat saya semakin semangat untuk segera menuju kesana. Untuk menuju keatas sana kita diharuskan menaiki tangga besi yang cukup tinggi. Menurut Informasi jumlah anak tangga besi tersebut berjumlah 888 anak tangga terlihat melelahkan tetapi sebenarnya tidak.



Tangga tangga besi tersebut menurut beberapa informasi dari internet katanya agak menyeramkan, tetapi bagi saya tidak sama sekali mungkin karena saya juga tidak fobia ketinggian ditambah salju menutupi semua permukaan tanah dan bebatuan jika kita melihat jauh kebawah. FYI saat melewati anak anak tangga saya tidak merasakan adanya ayunan atau goncangan, sepertinya tangga tersebut memang dirancang kuat dan tahan lama sehingga memberikan efek rasa aman kepada orang orang yang menaiki nya.


Saya seringkali berhenti hanya untuk berfoto foto dan menikmati pemandangan, Mr.Lee sempat memanggil manggil dari kejauhan, mungkin dia khawatir saya terjatuh atau terjadi sesuatu, padahal dia tidak tahu saya sedang asyik foto foto.. hehe. Pelajaran baru yang saya terima saat itu, ternyata walaupun Mr.Lee baru kenal saya saat itu tetapi sangat peduli dan bertanggung jawab atas keselamatan orang orang yang bersamanya.

Saya pun segera menambah kecepatan untuk menghampiri Mr.Lee dan istrinya yang saat itu sedang berhenti di suatu spot, disini Mr.Lee menawarkan untuk memfoto diri saya menggunakan kamera yang saya gunakan... hehe kebetulan dari tadi pengen foto disini.


Setelah istirahat sebentar, kita semua berjalan lagi menaiki anak anak tangga satu demi satu hingga akhirnya yang ditunggu tunggu sampai juga. Kita semua tiba di Puncak Ulsanbawi sekitar jam setengah 12 siang, Saya begitu takjub sekali pemandangan diatas sini. Saya pun menyempatkan berfoto foto dengan Mr.Lee dan Istrinya untuk kenang kenangan dan beristirahat sambil menikmati pemandangan setelah menempuh perjalanan hampir 3jam.





Sekitar 15 menit berada di puncak Ulsanbawi akhirnya kita semua turun, perjalanan turun terasa lebih cepat dan tetap dengan penuh kehati hatian menuruni anak tangga, mengingat salju sudah agak mulai mencair membuat jalur turun semakin tinggi berpeluang terpeleset. Mr. Lee cukup terbantu dengan dia membawa sepasang trekking pole saat menuruni puncak Ulsanbawi. Saat kita semua turun ternyata banyak orang yang baru tiba di sini, beruntung sekali karena sampai di puncak Ulsanbawi saat masih sepi sehingga menikmatinya cukup tenang. Setiap kali berpapasan dengan orang korea mereka selalu berucap "Anyeonghaseo", lalu kita pun membalas dengan ucapan yang sama, menurut Mr. Lee ini adalah sapaan saat bertemu seseorang, sama seperti mengucapkan "Hallo".

Dalam waktu sekitar 45 menit kita semua sudah sampai di restoran kecil tempat saya meminjam "Ice Grips", saya berhenti sebentar untuk mengembalikannya. Akhirnya kita beristirahat sebentar Heundeulbawi, disana  saya bertemu dengan orang korea lagi dia bernama Mr. Park, sepertinya dia (Mr.Park), Mr. Lee dan Istrinya serius mengobrol, saya tidak tahu apa yang di obrolin karena memang saya tidak mengerti sama sekali, mungkin sedang membicarakan tentang konflik Korea Utara dan Korea Selatan.

Mr. Park kami bertiga untuk melanjutkan perjalanan kebawah. Sekitar jam 1 siang kita sudah sampai di Sinheungsa Temple. Mr. Lee menanyakan saya akan menuju kemana setelah ini, saya mengatakan akan menuju Biryeong Fall tetapi Mr. Park menyarankan lebih baik ke Biseondae karena jarak tempuhnya lebih dekat dan lebih bagus bila dibandingkan dengan Biryeong Falls. Akhirnya kita semua sepakat menuju ke Biseondae, perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 40 menit berjalan kaki. Sepertinya kita semua berjalan seperti "ngebut"  hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja sudah sampai di Biseondae.



Dari bawah Biseondae saya bisa melihat Geumgamgul Cave, sebenarnya ingin sekali menuju kesana tetapi saya juga tidak enak menuju kesana seorang diri meninggalkan mereka semua. Menurut peta hanya membutuhkan waktu 30 menit berjalan kaki untuk menuju ke Gua yang berada di atas bukit bebatuan tersebut.

Geumgamgul Cave

Pemandangan sepanjang perjalanan menuju Biseondae sangat bagus, saya mengambil beberapa foto disini. Lagi lagi saya ditawarkan mau foto atau tidak. Kali ini Mr. Park menawarkan diri untuk memfoto saya menggunakan kamera saya. :))





Selesai dari Biseondae kali ini kita beristirahat di sebuah rumah makan kecil, disana kita makan pizza khas korea, walaupun saya sudah pernah mencobanya tetapi karena ditawarkan "Gratis" diterima aja... hahah... Waktu itu pula untuk pertama kalinya saya mencicipi minuman khas korea yang bernama Makgeolli (막걸리), agak sulit untuk menolaknya, karena dari info yang saya baca kita tidak  boleh untuk menolak traktiran minuman ini karena menurut orang korea itu perbuatan yang kurang sopan. Terpaksa saya menerimanya dengan porsi yang sedikit sekali. Rasanya? kalau boleh bilang rasanya hampir sama dengan campuran nya tape uli yang terbuat dari ketan hitam. Warna minuman ini berwarna keruh seperti susu, kalo di Indonesia warnanya mirip bandrek.



Selesai makan, akhirnya Mr.Lee mengajak ke Sokcho Harbour... sebenarnya saya masih penasaran dengan biryeong falls, menurut Mr. Park lebih baik kita memang ke Sokcho Harbour karena di sana banyak sekali makanan laut yang menurutnya enak enak. Akhirnya saya pun mengikuti saran mereka, untuk menuju ke sana hanya perlu menaiki bus 7-1 atau 7, bis yang sama yang saya naiki untuk menuju ke sokcho. Dengan membayar tarif yang sama 1.100 won kita semua turun persis di depan tempat yang dimaksud. Pemandangannya cukup menarik dengan view laut biru yang bersih cukup untuk merefreshkan pikiran sejenak.









Keterangan Pengeluaran (Rp.)
Local Bus No. 7-1 ke Seoraksan Rp. 10.000
Tiket Seoraksan Rp. 32.000
Sewa Ice Grips Rp. 18.000
Local Bus No. 7-1 ke Sokcho Harbour Rp. 10.000
Makan di Sokcho Harbour untuk 3 orang Rp. 70.000
Local Bus No. 7-1 ke Hostel Rp. 10.000
TOTAL : Rp. 150.000


0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More