Saturday, 27 April 2013

Gunung Gede

Sabtu 27 April 2012,

Hari ini saya akan mengikuti trip mendaki gunung Gede di daerah jawa barat. Puncak gunung Gede berada di ketinggian 2958 Mdpl. Trip ini memang sengaja dibuat singkat yaitu 1 hari untuk mendaki dan turun alias "Tek Tok"

Jam 21:00 semua peserta trip ini berkumpul di depan terminal kampung rambutan. Jumlah orang yang mengikuti trip ini berjumlah 8 orang, pada awalnya peserta berjumlah 11 orang namun 3 orang batal karena berhalangan ikut. Jam 21:15 kita semua naik bis PO. Doa Ibu dengan tujuan Tasikmalaya, namun kami semua tidak turun di pemberhentian terakhir karena kami semua turun di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas. Ongkos menaiki bis ini sebesar Rp. 15.000,- per orang.

Sebelum melakukan pendakian kita diharuskan terlebih dahulu harus mendaftar untuk mendapatkan SIMAKSI. Simaksi adalah "Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi", Simaksi ini dikeluarkan oleh pejabat berwenang di area konservasi tersebut untuk diberikan kepada pemohon yg ingin memasuki area tersebut. Permohonan untuk Simaksi dapat dilakukan mulai dari 3 hari sampai dengan 1 bulan sebelum tanggal pendakian yang bisa dilakukan secara online maupun datang langsung ke:

Kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
Jalan Raya Cibodas, Cianjur Jawa Barat 43253

Kantor Balai Besar TNGP
Jumlah pendaki dibatasi jumlah perharinya hanya 600 orang untuk akumulasi 3 jalur yang disediakan, yaitu:
1. Quota 300 orang untuk jalur Cibodas
2. Quota 200 orang untuk jalur Gunung Putri
3. Quota 100 orang untuk jalur Salabintana

Persyaratan pengajuan Simaksi yaitu dengan melampirkan copy KTP semua pendaki yang akan ikut dalam pendakian serta membayar tiket masuk sebesar Rp.2500 dan Asuransi Rp.2000 untuk info yang lebih lanjut bisa lihat disini. Tetapi berdasarkan pengalaman saya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 15.000 per orang, karena pada saat itu saya dan para pendaki lainnya didaftarkan oleh  "TS" istilah untuk penanggung jawab trip. TS mendaftar melalui pihak ketiga, di basecamp "Green Ranger" yang berada didepan kantor TNGGP, dengan biaya Rp.15.000 per orang ini termasuk menginap di basecamp. Karena kami akan melakukan pendakian di waktu subuh maka dari itu kami harus tidur sebentar di basecamp sebelum melakukan pendakian.

Akses menuju puncak gunung gede yang biasa sering dilalui para pendaki memiliki 3 jalur pendakian, yaitu:
1. Jalur Cibodas
2. Jalur Cipendawa Cianjur atau Jalur Gunung Putri
3. Jalur Salabintana

Jalur Cibodas adalah jalur yang paling sering digunakan para pendaki, Jalur ini lebih landai dan mudah untuk dilewati tetapi jaraknya lebih panjang sehingga waktu tempuhnya lama. Sedangkan Jalur gunung putri jalurnya lebih pendek tetapi relatif lebih sulit. Kami semua mengambil kombinasi dua jalur, yaitu jalur Cibodas untuk pendakian sedangkan Jalur Gunung Putri untuk turun dari puncak.

Berikut ini tempat tempat yang dilewati melalui jalur Cibodas (Jalur Pendakian):
1. Telaga Biru
2. Air Panas
3. Kandang Batu
3. Kandang Badak
4. Puncak Gunung Gede

Berikut ini tempat tempat yang dilewati melalui jalur Gunung Putri  (Jalur Pendakian):
1. Puncak Gunung Gede
2. Alun alun Surya Kencana
3. Basecamp Gunung Putri



Jam 02:00 kami sampai di Cibodas, untuk menuju TNGGP kita melanjutkan dengan menaiki angkutan kecil yang berwarna kuning. Tarif normalnya biasanya Rp.3.000 per orang, karena saat itu jam 2 pagi kami pun diberikan tarif borongan Rp.50.000 untuk 8 orang penumpang. Kami semua diantar sampai ke basecamp Green Ranger, saat sampai disana kami beristirahat sebentar hingga jam 04:30.

Jam 04:30 Berangkat meninggalkan basecamp untuk memulai pendakian, sebelum menuju jalur pendakian kami melewati pos pemeriksaan. Pos pemeriksaan ini berguna untuk memeriksa barang barang bawaan para pendaki, karena setiap pendaki dilarang membawa barang barang seperti shampo, sabun serta pasta gigi yang akan mencemari lingkungan, serta pemeriksaan segala perlengkapan para pendaki. Setelah pemeriksaan kami juga diharuskan mendaftarkan sampah sampah yang akan dibawa turun dari puncak gunung.

Setelah selesai di pos pemeriksaan kita semua melanjutkan perjalanan menuju Telaga biru, disana para pendaki yang muslim melakukan shalat subuh terlebih dahulu di sebuah pos persis di depan telaga biru. Setelah selesai shalat kami melanjutkan perjalanan kembali. Kondisi cuaca saat itu cukup bersahabat, tidak turun hujan maupun suhu udara yang tidak terlalu dingin. Sebenarnya telaga biru sangat bagus, tapi karena kami sampai di telaga subuh jadi tidak terlihat keindahannya.

Telaga Biru (Sumber gambar: http://rizkipradana.blogspot.com)

Setelah Telaga Biru kami melewati jembatan kayu Panyangcangan, tapi sekarang sudah diganti terbuat dari beton atau cor-an semen. Jembatan ini berada di atas rawa Gayonggong. Setelah melewati jembatan Panyangcangan kami melewati percabangan jalur. Jalur ke kanan adalah jalur menuju Curug Cibereum, sedangkan ke kiri menuju puncak Gunung Gede dan Pangrango. Bagi yang tidak ingin ke puncak Gede dan Pangrango bisa menuju ke Curug Cibereum yang relatif lebih singkat waktunya dan mudah ditempuh, dari pecabangan jalur tersebut tidak jauh untuk menuju ke curug cibereum.

Curug Cibeureum

Sekitar jam 08:00 kami sudah sampai di Air Panas. 













Wednesday, 17 April 2013

HARI KE-4: NAMI ISLAND, GANGNAM AREA DAN BANPODAEGYO BRIDGE

Thursday, 4 April 2013

Hari ke-3: Heundeulbawi, Ulsanbawi, Biseondae dan Sokcho Harbour

26 Maret 2013, jam 06:30
Hari ini saya akan menuju ke Seoraksan National Park lagi, kali ini tujuannya adalah Heundeulbawi dan Ulsanbawi. Perjalanan sampai ke Puncak Ulsanbawi memakan waktu 5 Jam Pulang-Pergi dari pintu masuk Seoraksan National Park, sepertinya durasi waktu tersebut tidak akan tepat karena masih banyak salju sepanjang jalur menuju Ulsanbawi sehingga waktu tempuh sudah pasti menjadi lebih lama.


Seperti hari sebelumnya dengan menaiki bus no 7-1 atau 7  untuk menuju ke Seoraksan National Park. Pagi hari ini menu sarapan yang saya bawa dari Jakarta masih tersedia, cukup untuk sumber tenaga sampai siang hari. Dengan membawa persediaan air yang diambil dari dispenser yang disediakan di hostel secara cuma cuma,  sedikit menghemat biaya untuk air minum. Coba saya tahu ada dispenser kemarin malam saya tidak membeli air mineral hehe...

Jam 7 pagi diluar hostel masih terlihat sepi sekali, sisa sisa salju kemarin sudah sebagian mencair menyebabkan jalanan menjadi sangat licin sekali. Saya tidak mengira bahwa salju yang mencair bisa selicin itu, terlihat memang tidak ada salju yang menempel di jalan jalan tersebut tetapi mencairnya salju ternyata tetap membeku hingga membentuk lapisan es transparan yang menyelimuti jalan jalan, bayangkan jika kita harus berjalan di atas balok es, seperti itulah licin nya. Berjalan dengan berhati hati menuju ke halte bus, sampai disana saya menunggu bis yang menurut jadwalnya akan datang tiap setengah jam.

Bus datang tepat jam 07:30, jangan lupa masukkan uang pas untuk ongkos bis sebesar 1.100 won. Bus terlihat agak penuh hari ini dengan orang orang lokal yang sepertinya akan menuju Seroraksan, karena  terlihat beberapa orang membawa trekking pole. Sekitar jam 08:00 sampai di Seoraksan National Park, seperti saya duga orang orang yang ada didalam bis hampir semuanya turun disini juga. Turun dari bis harus ekstra hati hati tentunya karena lelehan salju yang licin sekali, ternyata salju yg belum mencair justru jauh lebih aman untuk dilewati karena bentuknya masih seperti es batu yang diserut yang pasti lebih aman dilewati.


Membeli tiket masuk sebesar 3.500 won di Ticket Counter, saya bertanya kepada petugas counter ticket apakah aman menuju ke Ulsanbawi dan Hendeulbawi, menurut petugas tersebut masih aman, dan dia memberitahukan es akan sangat licin jika sudah mencair siang hari nanti dan sebaiknya menggunakan perlengkapan seperti trekking pole dan ice grips di sepatu kita. Sangat Kecewa kalau hari ini tidak bisa menuju Ulsanbawi, dikarenakan saya tidak membawa salah satu perlengkapan tersebut. Tetapi saya tetap memutuskan menuju kesana apapun yang terjadi.


Berjalan melewati ticket counter, Petugas penjaga digerbang masuk dengan segera menyobek sebagian dari tiket yang saya beli. Suasana saat itu terlihat sepi hanya beberapa orang saja yang terlihat, beberapa orang yang bareng saya saat di dalam bis ternyata banyak yang menuju ke Gwongeumseong Fortress. Menelusuri jalan secara perlahan tapi pasti, dari kejauhan terlihat dua orang sedang melihat-lihat Peta Seoraksan dengan serius sepertinya mereka adalah sepasang suami istri umurnya kira kira sekitar 45-50 tahunan menurut saya. Saat semakin dekat dengan mereka, saya menyapa kepada mereka "Morning" tetapi mereka menjawabnya "Anyonghaseo"... dalam hati berkata "Wah... gak bisa bahasa Inggris"... tetapi yang pria menjawab dalam bahasa Inggris "Morning"... Syukur akhirnya ada yang bisa diajak bicara... hehe. Sepasang suami istri tersebut bernama Mr. Lee dan Istrinya Mrs. Lee. Ternyata mereka ingin menuju ke Ulsanbawi juga, sepertinya ini perjalanan pertama mereka ke Seoraksan sama seperti saya, walaupun mereka orang korea tetapi mereka sepertinya baru berkunjung kesini, mungkin mereka tidak pernah kesini karena tinggalnya juga di Seoul bukan Sokcho.



Mr dan Mrs Lee mengajak saya untuk jalan bersama sama menuju ke Ulsanbawi, seperti yang tadi sudah dikatakan oleh petugas counter tiket, Mr. Lee juga menyarankan minimal saya harus menggunakan "Ice Grips" di sepatu saya agar tidak terpeleset. Dia sedikit ragu sama saya yang sama sekali tidak bawa perlengkapan apapun, tapi akhirnya dia bilang "Let's go" ... akhirnya kita semua jalan juga, ternyata saat sampai di Sinheungsa Temple Mr. Lee menanyakan kepada seseorang yang berjualan dupa di sekitar area tersebut apakah ada yang menyewakan "Ice Grips" (dalam bahasa Korea), dan ternyata menurut orang tersebut, ada sebuah restoran kecil yang berada sebelum Hendeulbawi menyewakan "Ice Grips". Akhirnya rasa was was saya hilang, segera saya, Mr Lee dan istrinya melanjutkan perjalanan. Kurang lebih berjalan selama sekitar setengah jam, akhirnya kita semua sampai di sebuah restoran sederhana dan memang disitu terlihat banyak disewakan "Ice Grips" dengan harga sewa 2.000 Won atau sekitar Rp.18.000 per satu hari. Saat itu juga saya di tawarkan makan oleh Mr. Lee karena dia dan istrinya merasa lapar. Kami semua makan mie ramen dan tentunya seperti biasa di temani Kimchi, saat saya hendak bayar ternyata sudah dibayarkan oleh Mr.Lee dalam hati lumayan... hahaha.




Kurang lebih 15 menit kita beristirahat di restoran tersebut, setelah itu baru melanjutkan perjalanan lagi. Jalur yang saya lalui saat itu tidak terlalu sulit karena banyak didominasi permukaan yang landai tanpa tanjakan yang berarti walaupun tetap masih tertutup salju. Tidak lama sekitar 30 menit perjalanan, terdengar suara suara mantra dari sebuah kuil Budha. Kuil ini unik karena berada dalam lubang batu mirip sebuah gua kecil, selain kuil didalam batu tersebut ada juga kuil yang berbentuk seperti kuil pada umumnya yang jaraknya berdekatan. Didepan kuil tersebut ada sebuah batu besar yang bernama Hendeulbawi, batu ini "ajaib" karena tidak bisa didorong padahal bentuknya yang hampir bulan dan hanya menempel di atas batu lainnya yang permukaannya rata, logikanya kalau di dorong minimal akan bergeser sedikit tetapi ternyata tidak, ada yang pernah mendorong beramai ramai tapi batu ini tidak bergerak sedikitpun. Kalau penasaran silahkan nanti dicoba ya saat berkunjung ke korea.





Setelah melihat lihat Heundeulbawi dan 2 buah kuil disana saya, Mr.Lee dan istrinya melanjutkan perjalanan lagi, mungkin sekitar 15 menit kita semua berada di Hendeulbawi, waktu untuk tiba di Ulsanbawi pun semakin bertambah lama... karena waktu itu jam sudah menunjukkan jam 10:00, kemungkinan saya tiba di puncak Ulsanbawi sekitar 1.5 jam lagi.

Setelah melewati Heundeulbawi jangan khawatir karena ada petunjuk arah yang menunjukkan arah ke Ulsanbawi, kali ini medan yang harus ditempuh sepertinya jauh lebih sulit dari sebelumnya. Tanjakan tanjakan semakin curam sehingga semakin sulit dilewati dan harus berhati hati sekali, tebalnya salju yang menutupi jalan hingga tidak terlihatnya undakan undakan tangga yang terlihat hanyalah hamparan salju membuat saya berhati hati saat menanjak.





Sesekali saya beristirahat sebentar untuk minum dan mengambil foto pemandangan disana yang begitu indahnya dengan hamparan salju yang menutupi ranting ranting pohon. Sedikit melelahkan tetapi tidak berasa karena saya dihadapkan pada pemandangan yang begitu indah.


Sudah terlihat puncak Ulsanbawi dari kejauhan membuat saya semakin semangat untuk segera menuju kesana. Untuk menuju keatas sana kita diharuskan menaiki tangga besi yang cukup tinggi. Menurut Informasi jumlah anak tangga besi tersebut berjumlah 888 anak tangga terlihat melelahkan tetapi sebenarnya tidak.



Tangga tangga besi tersebut menurut beberapa informasi dari internet katanya agak menyeramkan, tetapi bagi saya tidak sama sekali mungkin karena saya juga tidak fobia ketinggian ditambah salju menutupi semua permukaan tanah dan bebatuan jika kita melihat jauh kebawah. FYI saat melewati anak anak tangga saya tidak merasakan adanya ayunan atau goncangan, sepertinya tangga tersebut memang dirancang kuat dan tahan lama sehingga memberikan efek rasa aman kepada orang orang yang menaiki nya.


Saya seringkali berhenti hanya untuk berfoto foto dan menikmati pemandangan, Mr.Lee sempat memanggil manggil dari kejauhan, mungkin dia khawatir saya terjatuh atau terjadi sesuatu, padahal dia tidak tahu saya sedang asyik foto foto.. hehe. Pelajaran baru yang saya terima saat itu, ternyata walaupun Mr.Lee baru kenal saya saat itu tetapi sangat peduli dan bertanggung jawab atas keselamatan orang orang yang bersamanya.

Saya pun segera menambah kecepatan untuk menghampiri Mr.Lee dan istrinya yang saat itu sedang berhenti di suatu spot, disini Mr.Lee menawarkan untuk memfoto diri saya menggunakan kamera yang saya gunakan... hehe kebetulan dari tadi pengen foto disini.


Setelah istirahat sebentar, kita semua berjalan lagi menaiki anak anak tangga satu demi satu hingga akhirnya yang ditunggu tunggu sampai juga. Kita semua tiba di Puncak Ulsanbawi sekitar jam setengah 12 siang, Saya begitu takjub sekali pemandangan diatas sini. Saya pun menyempatkan berfoto foto dengan Mr.Lee dan Istrinya untuk kenang kenangan dan beristirahat sambil menikmati pemandangan setelah menempuh perjalanan hampir 3jam.





Sekitar 15 menit berada di puncak Ulsanbawi akhirnya kita semua turun, perjalanan turun terasa lebih cepat dan tetap dengan penuh kehati hatian menuruni anak tangga, mengingat salju sudah agak mulai mencair membuat jalur turun semakin tinggi berpeluang terpeleset. Mr. Lee cukup terbantu dengan dia membawa sepasang trekking pole saat menuruni puncak Ulsanbawi. Saat kita semua turun ternyata banyak orang yang baru tiba di sini, beruntung sekali karena sampai di puncak Ulsanbawi saat masih sepi sehingga menikmatinya cukup tenang. Setiap kali berpapasan dengan orang korea mereka selalu berucap "Anyeonghaseo", lalu kita pun membalas dengan ucapan yang sama, menurut Mr. Lee ini adalah sapaan saat bertemu seseorang, sama seperti mengucapkan "Hallo".

Dalam waktu sekitar 45 menit kita semua sudah sampai di restoran kecil tempat saya meminjam "Ice Grips", saya berhenti sebentar untuk mengembalikannya. Akhirnya kita beristirahat sebentar Heundeulbawi, disana  saya bertemu dengan orang korea lagi dia bernama Mr. Park, sepertinya dia (Mr.Park), Mr. Lee dan Istrinya serius mengobrol, saya tidak tahu apa yang di obrolin karena memang saya tidak mengerti sama sekali, mungkin sedang membicarakan tentang konflik Korea Utara dan Korea Selatan.

Mr. Park kami bertiga untuk melanjutkan perjalanan kebawah. Sekitar jam 1 siang kita sudah sampai di Sinheungsa Temple. Mr. Lee menanyakan saya akan menuju kemana setelah ini, saya mengatakan akan menuju Biryeong Fall tetapi Mr. Park menyarankan lebih baik ke Biseondae karena jarak tempuhnya lebih dekat dan lebih bagus bila dibandingkan dengan Biryeong Falls. Akhirnya kita semua sepakat menuju ke Biseondae, perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 40 menit berjalan kaki. Sepertinya kita semua berjalan seperti "ngebut"  hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja sudah sampai di Biseondae.



Dari bawah Biseondae saya bisa melihat Geumgamgul Cave, sebenarnya ingin sekali menuju kesana tetapi saya juga tidak enak menuju kesana seorang diri meninggalkan mereka semua. Menurut peta hanya membutuhkan waktu 30 menit berjalan kaki untuk menuju ke Gua yang berada di atas bukit bebatuan tersebut.

Geumgamgul Cave

Pemandangan sepanjang perjalanan menuju Biseondae sangat bagus, saya mengambil beberapa foto disini. Lagi lagi saya ditawarkan mau foto atau tidak. Kali ini Mr. Park menawarkan diri untuk memfoto saya menggunakan kamera saya. :))





Selesai dari Biseondae kali ini kita beristirahat di sebuah rumah makan kecil, disana kita makan pizza khas korea, walaupun saya sudah pernah mencobanya tetapi karena ditawarkan "Gratis" diterima aja... hahah... Waktu itu pula untuk pertama kalinya saya mencicipi minuman khas korea yang bernama Makgeolli (막걸리), agak sulit untuk menolaknya, karena dari info yang saya baca kita tidak  boleh untuk menolak traktiran minuman ini karena menurut orang korea itu perbuatan yang kurang sopan. Terpaksa saya menerimanya dengan porsi yang sedikit sekali. Rasanya? kalau boleh bilang rasanya hampir sama dengan campuran nya tape uli yang terbuat dari ketan hitam. Warna minuman ini berwarna keruh seperti susu, kalo di Indonesia warnanya mirip bandrek.



Selesai makan, akhirnya Mr.Lee mengajak ke Sokcho Harbour... sebenarnya saya masih penasaran dengan biryeong falls, menurut Mr. Park lebih baik kita memang ke Sokcho Harbour karena di sana banyak sekali makanan laut yang menurutnya enak enak. Akhirnya saya pun mengikuti saran mereka, untuk menuju ke sana hanya perlu menaiki bus 7-1 atau 7, bis yang sama yang saya naiki untuk menuju ke sokcho. Dengan membayar tarif yang sama 1.100 won kita semua turun persis di depan tempat yang dimaksud. Pemandangannya cukup menarik dengan view laut biru yang bersih cukup untuk merefreshkan pikiran sejenak.









Keterangan Pengeluaran (Rp.)
Local Bus No. 7-1 ke Seoraksan Rp. 10.000
Tiket Seoraksan Rp. 32.000
Sewa Ice Grips Rp. 18.000
Local Bus No. 7-1 ke Sokcho Harbour Rp. 10.000
Makan di Sokcho Harbour untuk 3 orang Rp. 70.000
Local Bus No. 7-1 ke Hostel Rp. 10.000
TOTAL : Rp. 150.000


Wednesday, 3 April 2013

Hari ke-2 : Sokcho City, Gwongeumseong Fortress dan Sinheungsa Temple - Seoraksan National Park

<<Hari Ke-1

Senin, 25 Maret 2013, Jam 04:30 tapi mata masih saja susah untuk diajak melek, rasa kantuk yang berat membuat saya masih bermalas malasan di tempat tidur. 30 menit berlalu terpaksa harus bangun, karena harus segera check-out dan langsung menuju ke MRT Station untuk menuju express bus terminal. kurang lebih 40 Menit perjalanan dari Hongik University Station ke Express Bus Terminal Station.

Karena semua barang di tas backpack sudah rapih, maka saya pun sudah tinggal membawanya segera setelah saya cuci muka dan sikat gigi. Menikmati sarapan didalam Guesthouse, walaupun dilarang tapi karena hanya mengkonsumsi makanan ringan saya rasa tidak masalah selama tidak membuat kamar kotor karena sisa makanan. Menu hari itu hanya dengan mengkonsumsi Oat cookies, roti coklat dan susu UHT ukuran kecil, lumayan untuk menambah tenaga dari pagi sampai siang hari. Semua makanan makanan tersebut dibawa dari jakarta karena sepertinya saya akan selalu dikejar dengan waktu yang sangat terbatas sehingga sarapan dengan menu yang simple sudah pasti diperlukan. Sarapan disediakan gratis di guesthouse tetapi baru tersedia jam 7 pagi itu pun kita harus menyiapkan sendiri.

Jam 05:45 meninggalkan guesthouse, karena checkout terlalu pagi sehingga tidak ada orang sama sekali yang melayani check-out, karena Mr.Young tidak tinggal di dalam Guesthouse. Untungnya Mr. Young menyediakan telepon dan Nomor telepon yang dapat dihubungi, memang sengaja ditinggalkan untuk para penghuni guesthouse jika ada keperluan dengan dirinya bisa langsung menelepon. Setelah menghubungi beliau saya segera bergegas keluar dari guesthouse menuju MRT Station dengan berjalan kaki kurang lebih 5 menit.

Pagi hari udara di luar guesthouse sungguh dingin sekali, untungnya sudah memakai baju yang tepat sehingga udara dingin yang begitu menusuk tulang tidak terasa terlalu dingin. Suasana di sekitar guesthouse terlihat sepi, hanya petugas kebersihan yang terlihat sedang menyapu jalan, tetapi beberapa restoran terlihat ramai dikunjungi orang, mungkin karena restoran tersebut 24 jam.

Tujuan MRT Station saya adalah Express Bus Terminal station, memakan waktu perjalanan kurang lebih 40 menit dari Hongik Station. Saat tiba di station tersebut saya langsung melihat penunjuk arah untuk menuju "Express Bus Terminal".



Waktu sudah menunjukkan jam 06:23 segera menuju loket pembelian tiket bis, untungnya saya sudah survey kemarin malam sehingga memudahkan saya menemukannya. Perjalanan saya menuju kota Sokcho, Jam berangkat paling awal adalah jam 06:30, namun sungguh disayangkan waktu saat sampai diloket pembelian tiket waktu menunjukkan jam 06:31 hanya terlewat 1 menit dari jam 06:30, pelayan yang menjual tiket di loket pun sudah tidak menjual tiket untuk jam tersebut. Akhirnya saya pun harus rela menunggu 1,5jam untuk naik bis yang berikutnya yang akan berangkat jam 08:00. Sebagai catatan untuk saya dan yang membaca blog ini, bahwa bis di Seoul benar benar menghargai waktu sehingga telat 1 menit pun mereka tidak akan menerima pembelian tiket lagi mungkin agar penumpang mendapatkan kenyamanan dan ketepatan waktu tiba di tujuan.

Tiket Seoul ke Sokcho pun sudah dibeli untuk keberangkatan jam 08:00, harga tiket sebesar 18.100 Won atau sekitar Rp. 163.000. Perusahaan otobus yang digunakan bernama Dongbu Express, informasi lengkap tentang PO Dongbu Express ada disini dan daftar kota kota tujuan di korea beserta tarif bis Express bisa lihat disini. Tiket dibeli di loket 1st Class, di tiket yang telah kita beli tertera jelas Tanggal dan jam Keberangkatan, Nomor kursi, Nama PO, dan Platform. yang harus kita perhatikan selain jam adalah nomor platform, kita harus mencari nomor platform atau nomor tempat pemberhentian bus. Tiket saya menunjukkan  platform nomor 17, sehingga harus menunggu di ruang tunggu yang dekat dengan platform tersebut.


Jam 07:55 bis Dongbu Express sudah tiba di platform nomor 17, Supir segera membukakan pintu masuk bis dan bagasi, lalu turun untuk memeriksa karcis bagi penumpang yang akan naik karena tidak ada istilah kondektur di korea, mungkin kondektur itu hanya ada di Indonesia sepertinya.. hehe. Setelah masuk, saya langsung duduk di kursi baris pertama, saya lupa bahwa di tiket ada nomor kursinya. Tetapi karena sudah terlanjur duduk dan tidak ada yang mengklaim di kursi tersebut akhirnya tidak pindah. Jumlah penumpang hanya sekitar 7 orang saat itu, saya pikir akan menunggu penumpang lagi ternyata tidak. Supir bus segera masuk kedalam bis dan memerintahkan kepada seluruh penumpang agar mengenakan sabuk pengaman dan sepertinya dia juga menghitung jumlah penumpang, setelah selesai dan waktu pun sudah menunjukkan tepat pukul 08:00 bis pun langsung berangkat. Agak terkejut, karena baru kali ini menaiki bis yang jumlah  penumpangnya sedikit tetapi bis tetap jalan tanpa menunggu perlu menunggu bis penuh. Mungkin karena mengalami beberapa pengalaman  di jakarta yang tidak seperti itu dimana waktu masih bisa di "Negosiasi".

Platform bis di Seoul Express Bus Terminal

Keadaan didalam bus terbilang nyaman, walaupun kursinya terdapat sandaran kaki tapi menurut saya tidak se "Excellent" yang dibayangkan tetapi cukup nyaman untuk di tumpangi. Dengan formasi kursi 2-2, dan didalamnya disediakan hiburan TV satelit. Sebelum berangkat di layar TV LCD tersebut di Informasikan bahwa bis akan tiba di tujuan Sokcho Express Bus Terminal jam 11:12, lama perjalanan sekitar 3jam. Saat ditengah perjalanan bis akan berhenti di sebuah tempat peristirahatan selama 15menit, bagi para penumpang yang ingin ke toilet dan membeli makanan di persilahkan. Makan didalam bus dipersilahkan selama sampah tidak dibuang sembarangan didalam bus.


Perjalanan Seoul ke Sokcho berjarak sekitar 190 KM, selama perjalanan di suguhkan pemandangan yang cukup menarik. Setelah 2 Jam perjalanan, tiba tiba salju mulai terlihat di luar, sepertinya hari ini akan terjadi hujan salju. Untungnya salju tidak sampai terjadi badai tetapi terlihat cukup banyak salju yang turun saat itu dan belum juga berhenti saat saya tiba di Sokcho Express Bus Terminal.

 


Jam 11:05 sampai di Sokcho Express Bus Terminal, lalu saya keluar terminal untuk mencari Tourist Information Center yang berada tidak jauh dari terminal tersebut. Saya bertanya kepada staff yang ada disitu untuk mengetahui dimana letak halte bus lokal yang terdekat dari posisi saya berada saat itu. Ternyata letak halte bus tersebut tidak jauh, dengan hanya berjalan kaki (jangan menyeberang jalan) dan dihujani oleh salju saya menuju halte tersebut. Bentuk halte sudah berubah, tidak seperti yang saya lihat waktu searching info di beberapa blog.



Sampai di halte bus saya mencari bus No. 1 atau 1-1 atau 7 atau 7-1 untuk menuju ke Hostel. Hostel saya bernama The HouseHostel yang berada di daerah dekat Suboktop (수복탑), Untuk menuju ke tempat yang disebut suboktop ini agak sulit, karena selain patung yang disebut sebut sebagai tanda suboktop sulit terlihat karena pandangan saya pun tergangu karena tertutup hujan salju. Tarif bus sebesar 1.100 Won atau sekitar Rp. 10.000 untuk jarak dekat, dan ingat uang pas harus disiapkan karena harus memasukkan uang di kotak yang disediakan saat kita naik bis.


Saya bertanya letak Suboktop kepada seorang pria yang kira kira seumuran dengan saya, sayangnya saat ditanya dia ternyata tidak bisa berbahasa inggris. Walaupun tidak bisa berbahasa inggris tetapi ternyata orang tersebut antusias membantu mencari alamat tersebut dan berusaha dengan semampunya menjelaskan menggunakan bahasa inggris yang "standard" dicampur dengan bahasa korea, Untungnya juga saya membawa tulisan hangeul yang di print di kertas serta peta menuju hostel. Akhirnya orang tersebut memberhentikan bus di sebuah halte yang mungkin disebut sebagai daerah Suboktop. dan ternyata tidak jauh dari halte tersebut terlihat gedung dari kejauhan bertuliskan "The House Hostel" yang berada diseberang jalan. Saya pun berterima kasih kepada orang tersebut karena dia sampai rela turun dari bis untuk membantu saya mencarikan alamat. Sungguh menjadi pelajaran berharga, ternyata masih ada yang masih mau membantu orang yang tidak dikenal dengan kendala bahasa juga tapi tetap dilakukan dengan ikhlas. Cukup menyeberang jalan, dan jalan sekirar 100 meter saja untuk menuju hostel tersebut. Saya mengingat tempat ini patokannya GS-25 yang ada di depan jalan besar sebelum  ke sebuah jalan kecil yang akan menuju hostel. Jarak dari GS-25 ke hostel mungkin hanya sekitar 100meter saja dari jalan besar.


Sekitar jam 11:45 tiba di hostel, saya membayar kekurangan uang sewa hostel sebesar 40.000 Won atau sekitar Rp. 360.000. Saya menginap di The HouseHostel selama 2 hari karena memilih beberapa trail/course di Seoraksan National Park yang tidak bisa ditempuh hanya dalam waktu 1 hari. Setelah check-in pemilik hostel memberikan sebuah peta kota Sokcho yang lengkap dengan info tempat tempat wisatanya. Dengan ramah Mr.Yoo pemilik hostel memberikan saran tempat tempat yang dapat dikunjungi di sekitar Sokcho. Setelah selesai mendengarkan petunjuknya saya pun langsung menuju kamar. Kamar yang ada di househostel tidak ada dormitory, jadi hanya bisa memilih "basic private ensuite". Lumayan untuk sebuah kamar murah dengan beberapa perlengkapan seperti TV, Penghangat badan dan Kamar mandi di dalam kamar. Informasi tentang the house hostel bisa dilihat disini. Melalui website tersebut kita bisa melihat informasi hostel dan reservasi, tetapi saya reservasi tidak melalui website hostel tersebut tetapi melalui hostelworld.com.





Jam 13:00 setelah selesai membereskan barang barang didalam kamar dan sedikit makan snack untuk mengganjal perut langsung keluar Hostel untuk menuju Seoraksan National Park. Dengan menaiki bis lokal No.7 atau 7-1, Karena hanya 2 bis ini yang akan berhenti di halte terakhir persis di dekat Pintu masuk Seoraksan National Park, tarif bis sebesar 1.100 won atau sekitar Rp.10.000,-. Kita harus menyiapkan uang pas karena uang harus dimasukkan kedalam kotak yang disediakan sebelum menaiki bis. Lama perjalanan dari hostel menuju ke Seoraksan National Park sekitak 40menit.

Sekitar jam 13:40 sampai di halte pemberhentian terakhir, dengan berjalan kaki kurang lebih 50 Meter untuk menuju loket pembelian tiket masuk. Harga tiket masuk kedalam Seoraksan National Park sebesar 3.500 won atau sekitar Rp.32.000,-.

Seoraksan National Park "Tiket Masuk"
Tidak jauh dari tempat pembelian tiket atau didalam area Seoraksan National Park ada sebuah hotel yang bernama "Seoraksan Tourist Hotel", pasti bertanya tanya kenapa saya tidak menginap disini saja apalagi berada di dalam area Seoraksan National Park. Jawabannya sudah pasti adalah karena harga sewa nya yang mahal. Harga sewa per kamar nya sekitar Rp.600.000 dan menurut saya hostel tempat saya menginap masih layak untuk dipertimbangkan dan tentunya jauh lebih murah. Mungkin keuntungan menginap di "Seoraksan Tourist Hotel" kita tidak membayar tiket masuk lagi, karena memang berada didalam area Seoraksan National Park. Dengan harga tiket masuk tidak terlalu mahal, sehingga tidak ada alasan pentinf harus menginap di hotel tersebut. Tetapi bagi yang membutuhkan berminat menginap disini dan membutuhkan info "Seoraksan Tourist Hotel" bisa klik disini

Seoraksan Tourist Hotel

Cuaca saat itu masih terbilang banyak hujan saljunya, karena saya tidak membawa sarung tangan sama sekali dari jakarta, dan juga udara semakin lama semakin dingin mengharuskan saya membeli sarung tangan. Harga sarung tangan 3.000 won atau sekitar Rp. 27.000,-. Tidak jauh dari tempat pembelian tiket ada sebuah toko yang menjual berbagai macam perlengkapan mendaki di musim dingin, tetapi dengan harga yang relatif tidak mahal kita bisa menebak kualitasnya kurang dapat diandalkan.

Trail/Course yang saya ambil untuk hari ini adalah "Gwongeumseong Fortress" dan "Sinheungsa Temple", untuk mengakses puncak dari Gwongeumseong Fortress harus menggunakan Cable Car. Berikut ini denah beberapa Course/Trail di Seoraksan National Park yang dibuka untuk umum.


Untuk menuju Cable Car Gwongeumseong Fortress berjalan melewati patung beruang, lalu belok kekiri terlihat bangunan yang didominasi kaca, disanalah station untuk keberangkatan Cable Car.



Station Cable Car
Didalam Cable Car

Harga tiket Cable car adalah 9.000 won atau Rp. 81.000,- untuk tiket PP. Lama perjalanan menggunakan cable car untuk menuju puncak Gwongeumseong Fortress kurang lebih 10 menit.


Tujuan Cable Car Gwongeumseong Fortress







Sayangnya puncak dari Gwongeumseong ini hampir semuanya tertutup salju, sehingga sulit sekali jika ingin naik ke puncak tersebut. Padahal dari puncak tersebut pemandangan nya sangat bagus sekali.

Puncak Gwongeumseong tertutup Salju

Puncak Gwongeumseong bersih dari Salju (Sumber:Visitkorea.co.kr)
Berada di Gwongeumseong Fortress tidak terlalu lama hanya sekitar 1jam saja, menikmati salju yang terus menerus turun...  maklum di Jakarta kan emang gak ada salju jadi gak ada salahnya norak dikit... =D hehe...
Setelah puas menikmati indahnya salju, saya kembali kebawah dengan menggunakan Cable car lagi. Trail/Course berikutnya adalah Sinheungsa Temple, sebenarnya ini bukan trail utama karena kuil ini sudah pasti dilewati jika kita akan menuju ke Biryeong falls, Ulsanbawi dan Hendeulbawi dan beberapa course/trail lainnya. 

Sinheungsa Temple adalah kuil Budha yang berada di Seoraksan National Park, Kuil ini dibangun pada tahun 590 oleh Jajangyulsa. Kuil ini dulunya bernama HyangSeongSa. Menurut catatan sejarah kuil ini pernah mengalami beberapa kali pengrusakan dan akhirnya dibangun kembali. Yang terkenal dari kuil ini adalah adanya patung Budha raksasa yang terbuat dari perunggu setinggi 14.6 Meter dengan berat 108ton. Kalau dari pintu masuk Seoraksan National Park kuil ini bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki 10 menit saja.

Tempat untuk membeli dupa bagi yang akan sembahyang


Tidak jauh dari patung Budha tersebut kita dapat menjumpai Kuil Sinheungsa.



Setelah melihat lihat disekitar Sinheungsa Temple cukup lama kini waktunya balik ke hostel, sebenarnya Itinerary yang saya buat setelah Sinheungsa Temple ada menuju ke Biryeong Falls tetapi karena salju yang semakin tebal dan juga air terjun nya gak bakalan ada karena tertutup salju maka terpaksa harus dibatalkan.

Sebelum balik ke hostel saya mencari makanan yang cukup mengenyangkan dan sedikit menghangatkan badan. Persis dekat Seoraksan Tourist Hostel ada beberapa restoran restoran yang menjual berbagai macam makanan khas Korea, tetapi saya memilih yang tidak menggunakan daging seperti mie ramen. Semangkuk besar mie ini dijual cukup mahal yaitu 5.000 won atau sekitar Rp.45.000,-. Mie ramen dengan potongan Nori/Rumput laut cukup mengenyangkan perut. Selain ramen pelayan restaurant juga menawarkan kimchi secara cuma cuma. Kimchi adalah menu khas korea yang pasti ada setiap kali menyantap makanan, Kimchi terbuat dari sayur sayuran yang di fermentasi dan diolah sedemikian rupa. Rasa dari kimchi ini agak kecut tapi segar bila dimakan. Maka dari tak heran diberikan secara cuma cuma karena kimchi memang makanan wajib bagi orang korea.



Selesai menyantap semangkuk ramen, waktunya pulang. Seperti sebelumnya saya menuju ke Halte bus yang berada di luar pintu masuk Seoraksan National Park. Cukup lama sekitar 10 menit menunggu bis datang, jangan lupa menyiapkan uang pas untuk ongkos bis ini sebesar 1.100 won. Bila ditanya oleh supir bus bilang saja Suboktop, karena memang di daerah itu saya berhenti. Bis hanya berhenti sebentar menunggu penumpang lalu segera berangkat lagi, saat itu hanya cuma sekitar 4 orang termasuk saya yang naik bis tersebut. FYI jangan lupa saat naik bis harus masuk dari pintu depan dan keluar dari pintu tengah. Didalam bis terdapat tombol alarm untuk memberhentikan bis letaknya dekat jendela dan jumlahnya banyak, Supir bis tidak akan mau berhenti jika bukan di halte bus walaupun kita sudah memencet alarm tersebut dan juga jangan dadakan memencet tombol jika mau berhenti di sebuah halte, pastikan jauh jauh sebelum halte kita akan turun sudah memencet tombol sehingga supir tidak akan berhenti secara mendadak.

Sekitar jam 18:00 sampai di hostel beristirahat sebentar lalu mandi, karena badan juga sudah capek sehabis mandi saya langsung tertidur pulas, ketika bangun jam sudah menunjukkan pukul 21:00. Perut tiba tiba keroncongan akhirnya saya keluar hostel menuju GS25 untuk membeli roti yang agak besar seharga 2.000 won (Rp. 18.000,-) dan air mineral seharga 800 won (Rp.7.200,-), menu sederhana untuk menghemat biaya.. hehe... Sesaat setelah makan seperti biasa facebookan untuk upload foto foto melalui tablet menggunakan free wifi hostel. Tidur kembali jam 23:00 karena besok saya akan menuju ke Ulsanbawi pagi pagi sekali, dan kabar baiknya menurut pemilik hostel esok harinya tidak akan ada salju karena hari ini adalah salju terakhir di sokcho.

SAMSUNG Galaxy Tab 2 10.1 Espresso 16GB - White [GT-P5100ZWAXSE]
Total Pengeluaran untuk Hari - 2 (dalam Rp.) :

Keterangan Pengeluaran (Rp.)
Express Bus Seoul - Sokcho Rp. 163.000
Local Bus No. 7-1 ke Hostel Rp. 10.000
Bayar Guesthouse Rp. 360.000
Local Bus No. 7-1 ke Seoraksan Rp. 10.000
Tiket Seoraksan Rp. 32.000
Tiket Cable Car Rp. 81.000
Local Bus No. 7-1 ke Hostel Rp. 10.000
Roti dan air mineral Rp. 25.200
TOTAL : Rp. 691.200

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More